Senin, 30 Maret 2009

Maen Bola

Bola, bulat, bundar, dijalan ku mainkan. Bola, wasit, sedih, cita, di lapangan aku mainkan. Hijau padang alunkan aku dalam keriangan sang bola.

Kugariskan pada sepatu bola, sepatu yang berisi doa pengharapan. Kelak aku akan bermain di Old Trafford. Suatu saat nanti, aku akan menjadi pemain Timnas.

Waktu berjalan dengan nafas kecil pada ujung rongga harapan. Senantiasa belajar untuk masa depan, namun terbengkelai oleh jiwa bola. Dua-duanya menjadikan masa mudaku begitu sempurna. Hari-hari dengan keringat kala senja, dan fajar dan siang berseragam sekolah.

1 tahun, 2 tahun, 3 tahun... berjalan terus sampai pendidikan SMAku usai. Di ujung masa SMA, ku mulai terserang tifus, penyakit yang telah menimpa ususku, hingga ku terdiam di rumah putih berpenghuni dokter dan suster.

Sakit merobohkan semua cita yang terbangun, hingga semua berubah. Sampai di Perguruan Tinggi semua, sirna, musna, bola-bola mereka. Bukan milikku.
30-3-2009

Minggu, 29 Maret 2009

Air Sunyi

"Sebut saja aku dengan Air Sunyi. Mengalir tiada henti. Aku terlahir di Malang, tiga bersaudara. Berangkat dari keluarga sederhana, dari sebuah desa di ujung batas merah."

Hari ini sangat mengganggu segala aktifitasku. Mulai kuhidupkan kuda mesin kala pagi menjelang. Tak kuhiraukan suara-suara tubuhku yang sudah terasa kesakitan.

Sudah 4 hari yang lalu, demam ini gak turun-turun. Panas tubuh seolah tak berefek pada rotasi hari ini.

30 Maret 2009, mulai menjenuhkan. Rutinitas, mengajar, malang, naik motor. Semua seakan penuh dengan kebohongan, penuh dengan retorika, penuh dengan sampah berdasi, penuh dengan kepalsuan.

Aku hanya ingin mengisi Air Sunyi ini, dengan kisah masa lalu. Masa sunyi, layaknya kedalaman Air yang kelam tanpa cahaya.

Nulis pesan di sini.....


ShoutMix chat widget