Minggu, 19 April 2009

"Aku Nggak Virgin Lagi" part 1

Berada di tiang-tiang intelektual, dengan seutas tali pembunuh bagi kesucian. Anak manusia yang terlahir begitu mulia tanpa dosa, namun hanya menangis tanpa sedih. Jalan yang di tempuhnya begitu berani dalam mengitari ketidakpastian.

Dentuman musik yang mempertemukan kita. Perempuan yang singgah dalam pejalanan terjal dan berliku.

Masih nampak matanya yang penuh tanya, bingung, sedih tanpa harap. Mencoba bertahan dari ketidakadilan dalam keluarganya.

Keluar, dan jauh dari kasih sayang. Lari namun hanya sebatas lika-liku sebuah harapan. Adik, dia hanya bisa menjadi adikku, tidak lebih. Hal itu, yang diinginkan ketika perahu sudah berada ditengah perjalanan.

Ombak selalu menghantamnya. Waktu demi waktu terus saja dia bermain dengan hempasan ombak, tanpa mau mengerti akan bahayanya, ketika ombak tersebut telah menggulung satu nyawa kemarin.

Namanya Larasati, nama yang indah, seindah parasnya yang cantik. Beda dengan perempuan lain, jiwanya yang setegar batu karang, hatinya yang sehalus sutra seakan mampu mengibaskan derai hati lawan jenisnya.

Ketika makan, Larasati seolah sangat menghargai apa yang ada di depannya. tidak ada secuil nasi pun yang keluar dari bibir manisnya. Semua makanan akan sangat berharga tatkala berada disisinya.

Malam menjadi kehidupan bagi Larasati. Berjalan mengelilingi kilau lampu-lampu pijar di batas kota. Mencari kedamaian dengan cerita-ceritanya yang luar biasa.

Satu bulan aku bersama dia disini. Satu bulan aku berkelana mencari titik sayu dari kedua bola matanya. Hingga panggilan alam menuntunku untuk pergi darinya, Bekerja dan mulai berpetualang di luar kota. Bagi Larasati, pergiku adalah bagian yang membuat lara. Namun aku selalu mencoba mengingatkan bahwa dia akan tenang di samping kawan-kawanku. Aku pergi karena aku harus bekerja, layaknya kehidupan yang menuntut setiap insan untuk ke arah kesana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nulis pesan di sini.....


ShoutMix chat widget