Jumat, 10 April 2009

Jalur Sungai di Pedalaman

Jauh dari daratan nampak elok. Hijau tanpa gedung-gedung bertingkat. Di ketinggian pulau Kalimantan kutatap dari kaca burung besi ini.

Tak pernah ku mengerti, 2 tahun yang lalu aku ketempat ini lewat jalur laut. Namun layaknya burung terbang di angkasa, satu jam saja kakiku sudah berada di sini.

Kulalui sendiri dengan tujuan yang nampak jelas nan bercahaya. Kulipat setiap guratan mata di setiap ujung jalan.

Beda dengan di Jawa, tranportasi dengan perahu merupakan ciri khas daerah bersungai. Jalur demi jalur dipenuhi dengan jembatan. Sang pemangsa pun selalu tersenyum mengitari perjalanan ini. Predator utama, sang elang.

Ikan sungai menjadi fokus bagi sang elang. Memangsa demi keseimbangan ekosistem. Lain halnya dengan manusia, yang terus-menerus memangsa hanya demi perut yang buncit.

Kokoh nan anggun burung ini, tak kenal lelah menemani setiap petualanganku di Kalimantan.

Namun saat ku lihat manusia diseberang hutan, di liang pedesaan yang jauh dari kota. Nampak jelas raut muka nan muram. Tak sanggup aku menatapnya, seolah di kebiri oleh bangsanya sendiri.

Menata bibit sawit, jauh dari keluarga, bekerja dan bekerja. Tidak ada kampus, tidak ada Mal, Tidak ada landasan pesawat terbang, dan gedung-gedung menjulang tinggi. hanya di temani keringat dan harapan akan masa depan.

Mereka berjuang dalam hidup, demi sesuap nasi, seuntai cita sang anak mereka. Jauh di pedalaman, aku menanyakan tentang keadilan. Keadilan yang selama ini selalu aku dengarkan, bahkan aku hafalkan mulai dari kecil. "KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDOSESIA."
(10 April 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nulis pesan di sini.....


ShoutMix chat widget