Lama tidak pernah bersua dalam detak pergerakan. Sahabat yang telah pergi dan jauh dari hiruk pikuk Pergerakan kota Malang. Aku dan ke-tiga sahabatku yang bertahan disini terus saja bergumam akan keberadaannya.
Kenapa cahaya yang terang benderang keluar begitu cepat? Kami masih butuh pemikirannya, kami masih memerlukan kreatifitas dan jiwa mudanya. Sahabat yang pergi begitu cepat meninggalkan kami seakan telah membius rusuk setiap kepribadian yang telah kita bangun bersama.
------------------------#---------------------------#---------------------
Suara-suara sumbang yang berdatangan pun muncul dengan dering yang membuat kami tersenyum. Menurut kabar, Anak Blora, Anak Jati tersebut telah menjadi seorang pemimpin di kota minyak. Pemimpin perisai kuning, pemimpin bagi perubahan di kota Bojonegoro.
Tidaklah mudah menggapai cita yang telah terbelenggu. Di tengah kesederhanan dari reruntuhan bola-bola api, dan terpaan angin kencang telah membuat Pohon Jati tersebut kokoh, sampai-sampai gergaji mesin kebiadaban tidak mampu menebangnya.
Semakin kuat, semakin hebat, semakin luar biasa, tatkala kabar yang berdatangan ke telinga kami tentang sahabatku Mustakim. Kami merasa kecil dan kerdil kala mendengar kabar tersebut, semangat dan jiwanya yang mampu menggelontorkan peradaban, telah memicu kami yang di Malang untuk terus berkarya dan mengabdi bagi merah putih.
Sabtu, 18 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar